April 11, 2025

Soe-Interpolbhayangkara.com-Gemuruh tanah longsor yang melanda Desa Kuatae, Kecamatan Kota Soe, seakan merenggut bukan hanya rumah, tetapi juga mimpi dan harapan para penduduknya. Jeritan pilu menggema dari balik reruntuhan, menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun menangis ketakutan, mencari perlindungan di tengah kekacauan yang tiba-tiba melanda. Alam yang biasanya menjadi sahabat kini berubah menjadi musuh yang kejam, meninggalkan duka mendalam bagi mereka yang kehilangan rumah, sanak keluarga, dan rasa aman.

Namun, di tengah derita yang tak berujung, selalu ada tangan-tangan yang terulur, membawa harapan bagi mereka yang terpuruk. Malam yang dingin di Gor Nekmese Soe, yang menjadi tempat pengungsian para korban, berubah menjadi lebih hangat saat seorang perempuan hadir dengan senyumnya yang tulus. Dia adalah Yusinta Ningsih Nenobahan, seorang putri daerah yang telah berhasil membangun karier di tanah rantau. Namun, keberhasilannya tidak membuatnya lupa akan tanah kelahirannya. Bersama Yayasan Yusinta Ningsih Sejahtera (YNS), ia kembali membawa cinta dan kepedulian untuk mereka yang membutuhkan.

Yusinta tiba di lokasi pengungsian dengan hati yang dipenuhi keprihatinan. Langkah kakinya membawa harapan baru bagi para korban bencana, terutama anak-anak yang masih terbungkus dalam trauma dan ketakutan. Saat melihat sekelompok anak duduk dalam lingkaran, tubuh kecil mereka menggigil, wajah mereka menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam. Namun, ketika Yusinta mendekat, wajah-wajah kecil itu mulai memancarkan sedikit harapan.

Bukan hanya sekadar membagikan bantuan, Yusinta memilih untuk duduk di antara mereka, mendengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian. Ia tahu, luka yang menggores hati mereka jauh lebih sulit sembuh dibandingkan luka fisik yang terlihat. Dengan lembut, ia menggenggam tangan-tangan kecil mereka, seolah ingin mengatakan bahwa mereka tidak sendirian.

“Saya hadir di sini bukan hanya untuk membawa bantuan materi, tetapi juga untuk memastikan mereka tahu bahwa ada orang-orang yang peduli, yang siap mendukung mereka melewati masa sulit ini,” ucap Yusinta dengan suara bergetar.

Di bawah naungan YNS, bantuan demi bantuan mulai disalurkan. Sembako, nasi siap makan, mie instan, susu, biskuit, popok bayi, dan kebutuhan lainnya dibagikan kepada para pengungsi. Namun, Yusinta menegaskan bahwa misi YNS bukan sekadar memberikan bantuan fisik, melainkan juga membangun kembali harapan yang sempat hilang.

“Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi bencana ini. Kami ingin hadir bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional, memberikan dukungan yang mereka butuhkan,” tegas Yusinta.

Anak-anak yang awalnya tampak murung perlahan mulai tersenyum. Tawa kecil mulai terdengar di antara mereka. Sentuhan kasih dari Yusinta dan timnya memberikan rasa nyaman yang tak bisa diukur dengan apapun. Perhatian yang tulus itu membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka masih dicintai, bahwa di tengah kehancuran, ada harapan yang tetap menyala.

Sejak didirikan, Yayasan Yusinta Ningsih Sejahtera telah menjadi simbol kepedulian yang nyata. Bukan hanya di TTS, tetapi di berbagai daerah lain, YNS telah aktif memberikan bantuan bagi mereka yang membutuhkan, tanpa pandang bulu. Dalam setiap langkahnya, YNS menegaskan bahwa kepedulian bukan sekadar janji kosong, melainkan aksi nyata yang dilakukan dengan hati.

Bencana di Desa Kuatae bukanlah yang pertama kali ditangani oleh YNS, dan pastinya bukan yang terakhir. Dengan komitmen tinggi, YNS terus menjangkau mereka yang berada di pelosok, yang sering kali luput dari perhatian banyak pihak. Bagi Yusinta, tanah kelahirannya adalah bagian dari dirinya yang tidak pernah bisa dilupakan.

“Kami tidak akan berhenti di sini. Besok, kami akan turun langsung ke lokasi terdampak untuk melihat kondisi sebenarnya di lapangan. Kami ingin memastikan bahwa bantuan yang kami bawa benar-benar bermanfaat bagi mereka,” ujarnya penuh semangat.

Malam itu, di tengah dinginnya udara dan kelelahan yang masih menyelimuti para korban, ada satu hal yang kembali menyala: harapan. Di antara tumpukan bantuan, di balik senyum tulus dan pelukan hangat, ada janji bahwa kebaikan tidak akan pernah berhenti hadir.

Bencana mungkin datang tanpa aba-aba, membawa kehancuran dan duka. Namun, selalu ada cahaya di balik kegelapan. Dan malam itu, di Gor Nekmese Soe, cahaya itu hadir dalam bentuk kepedulian Yusinta dan YNS. Kepedulian yang tidak hanya menyentuh tubuh, tetapi juga hati.

Di dunia yang penuh ketidakpastian, satu hal yang pasti adalah kebaikan yang tidak akan pernah berhenti. YNS menjadi bukti bahwa kepedulian bukan hanya soal kata-kata, melainkan tindakan nyata yang membawa perubahan. Di tengah keterpurukan, cinta dan kasih sayang selalu menemukan jalannya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *