April 11, 2025

SOE-Interpolbhayangkara.com –  44 tenaga non-ASN di Sekretariat Dewan (Sekwan) DPRD TTS kini  dihantui  gelombang ketidakpastian.  Setelah dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi dalam seleksi PPPK, mereka  terkatung-katung  menanti  kejelasan  status  mereka.

Keadaan ini  membuat  para  tenaga  non-ASN  tersebut  cemas  menantikan  kejelasan  status  mereka.  Polemik  ini  pun  membuat  pemerintah  daerah  TTS  berusaha  mencari  solusi  dengan  melakukan  konsultasi  dengan  Badan  Kepegawaian  Negara  (BKN)  pusat.

Persoalan  44  tenaga  non-ASN  di  Sekwan  DPRD  TTS  telah  menjadi  perhatian  publik,  khususnya  di  kalangan  tenaga  honorer  yang  terus  mengharapkan  kejelasan  status  mereka.  Menyikapi  hal  ini,  Bupati  TTS  Eduard  Markus  Lioe,  S.Ip.,  SH.,  MH.,  langsung  mengusung  tiga  perwakilan  Pemda  TTS  untuk  berkonsultasi  ke  BKN.

Tiga  perwakilan  yang  diutus  adalah  Kepala  BKPSDMD  Kabupaten  TTS,  Plt.  Inspektur  Inspektorat  Kabupaten  TTS,  serta  Staf  Ahli  Bupati  Bidang  Kesejahteraan  Rakyat.  Mereka  diminta  untuk  memperoleh  arahan  langsung  dari  BKN  sebagai  lembaga  yang  berwenang  dalam  kebijakan  kepegawaian,  terutama  terkait  status  tenaga  non-ASN  yang  telah  lulus  administrasi  tetapi  dianggap  tidak  memenuhi  persyaratan  administrasi.

“Ya, kami sudah pulang dari BKN,”  ucap Kepala BKPSDMD Kabupaten TTS, Dominggus Banunaek, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya pada Senin, (17/03/2025).

Namun, Dominggus  enggan  mengungkapkan  hasil  konsultasi  tersebut,  dan  menyarankan  awak  media  untuk  menanyakan  langsung  ke  Bupati  TTS.

“Untuk hasil konsultasi, nanti langsung ke Bupati saja. Memang sudah ada, tetapi kami tidak bisa beritahukan. Kami akan segera menyerahkannya ke Bupati untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.

Dominggus  menegaskan  bahwa  BKPSDMD  hanya  menjalankan  tugas  konsultasi  dan  tidak  memiliki  wewenang  untuk  mengambil  keputusan.  Semua  keputusan  terkait  status  44  tenaga  non-ASN  tersebut  sepenuhnya  berada  di  tangan  Bupati.

“Kami hanya konsultasi saja, jadi untuk semua keputusan nanti dari Bupati,” cetusnya.

Pernyataan  ini  semakin  menguatkan  fakta  bahwa  keputusan  mengenai  status  tenaga  non-ASN  ini  merupakan  kebijakan  strategis  yang  memerlukan  pertimbangan  matang  dari  kepala  daerah.

Hal  ini  mencerminkan  bahwa  keputusan  yang  akan  diambil  Bupati  TTS  sangat  krusial,  tidak  hanya  bagi  mereka  yang  terdampak  langsung,  tetapi  juga  bagi  seluruh  tenaga  honorer  di  daerah  ini  yang  terus  memperjuangkan  kepastian  status  mereka.

Hingga  berita  ini  ditayangkan,  awak  media  masih  berupaya  mengonfirmasi  langsung  ke  Bupati  TTS  terkait  langkah  selanjutnya  setelah  menerima  hasil  konsultasi  dari  BKN  oleh  BKPSDMD  Kabupaten  TTS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *