April 11, 2025

SOE-Interpolbhayangkara.com –  Bencana longsor di Desa Kuatae, Kecamatan Kota SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),  terus  menimbulkan  kekhawatiran  dan  mengharuskan  ratusan  warga  mengungsi.  Pemerintah  Daerah  (Pemda)  TTS  telah  mengevakuasi  korban  ke  GOR  Nekmese  SoE,  sementara  sebagian  warga  memilih  mengungsi  ke  rumah  keluarga  terdekat.

Peristiwa  ini  mendapat  perhatian  serius  dari  Pemerintah  Provinsi  Nusa  Tenggara  Timur  (NTT).  Gubernur  NTT,  Emanuel  Melkiades  Lakalena  atau  yang  akrab  disapa  Melki  Laka  Lena,  mengonfirmasi  bahwa  dirinya  telah  menerima  laporan  langsung  dari  Bupati  TTS  terkait  bencana  ini.

“Pak  Bupati  sudah  melaporkan  soal  ini,  dan  Pemda  TTS  sedang  berkoordinasi  untuk  memberikan  bantuan  kepada  para  korban,”  ujar  Melki  Laka  Lena  saat  dikonfirmasi  melalui  pesan  WhatsApp  oleh  Media.

Gubernur  menegaskan  bahwa  Pemerintah  Provinsi  melalui  Badan  Penanggulangan  Bencana  Daerah  (BPBD)  NTT  juga  turut  memberikan  bantuan  guna  meringankan  beban  para  warga  terdampak.

Bencana  ini  bermula  sejak  Desember  2022,  ketika  warga  mulai  menyadari  adanya  retakan  di  tanah.  Kemudian,  pada  12  Maret  2024,  curah  hujan  yang  tinggi  menyebabkan  tanah  di  batas  Kota  SoE  dan  Kelurahan  SoE,  tepatnya  di  belakang  BRI  SoE,  mulai  bergerak  sejauh  300  meter  hingga  mencapai  permukiman  warga.

Dampak  longsor  pertama  kali  dirasakan  oleh  10  kepala  keluarga.  Namun,  pada  14  Maret,  longsor  kembali  terjadi  dan  meluas  hingga  berdampak  pada  RT  01,  sebagian  RT  02,  seluruh  RT  03  dan  RT  04,  serta  sebagian  RT  12  dan  RT  13.  Hingga  saat  ini,  jumlah  warga  terdampak  mencapai  83  kepala  keluarga,  dengan  100  kepala  keluarga  terpaksa  mengungsi  akibat  akses  jalan  yang  tertutup  total.

Kepala  Desa  Kuatae,  Parco  P.  Salem,  mengungkapkan  bahwa  longsor  ini  juga  menyebabkan  kerusakan  berbagai  fasilitas  umum,  termasuk  kantor  desa,  aula,  jaringan  perpipaan  air  bersih,  serta  tiang  dan  kabel  listrik.  Selain  itu,  retakan  tanah  terus  meluas  ke  lahan-lahan  milik  warga.

Menurut  Kepala  Desa,  salah  satu  penyebab  utama  bencana  ini  adalah  sistem  drainase  yang  buruk  di  Kampung  Sabu,  khususnya  di  sekitar  lingkungan  SMA  PGRI  SoE.

“Masalah  ini  sudah  berulang  kali  dibahas  dalam  Musrenbang  setiap  tahun,  tetapi  pemerintah  tidak  menindaklanjutinya  dengan  baik.  Baru  setelah  kejadian  ini,  mereka  mulai  membangun  saluran  air  di  bagian  atas.  Namun,  kondisi  air  sudah  mengalir  di  bawah  tanah,  sehingga  dampaknya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *